Kamis, 06 November 2014

CERPEN; Dia

Tentang seseorang...

Dia yang sempat datang, memberi indah, namun meragu.. Dia sempat memberi rasa namun setelahnya, meragu.. Dia yang tidak pergi namun juga tidak ingin tinggal.. Wanita itu tidak mengerti apa maksud dan mau lelaki itu..

Masih tentang seseorang itu, masih tentang orang yang sama, masih tentang dia yang namanya selalu hadir dikala hujan pertama datang dan hujan terakhir berlalu.. Masih tentang dia yang namanya menjadi rahasia bersama bulan.. Masih tentang dia yang bayangnya selalu menghantui dikala sepi meraja. Masih tentang lelaki abu-abu itu.. "Kamu adalah apa yang ku tulis, tapi aku adalah tulisan yang mungkin tak pernah kamu baca..", bisik wanita itu..

Dia ibarat awan yang bisa terlihat namun begitu tak menentu.. Dia rapuh seperti kabut ketika disentuh.. Wanita itu tidak tau apakah dia ada di hati dan pikiran lelaki itu.. Ia tidak ingin bertanya kemana lelaki kabut itu pergi dan kapan kembali, meski itu bukan hal yang mudah bagi wanita itu.. Ia hanya tidak ingin merasa dibohongi atau tepatnya tidak ingin lelaki itu berbohong.. Jadi dia bertanya dalam diam..

"Aku tidak ingin kita semakin dalam..", cuma itu kalimat terakhir yang direkam olehnya.. Entahlah.. Tidak ada yang mengerti mereka, mungkin tidak juga diri mereka sendiri..
Pertemuan dan perpisahan itu datangnya satu paket. Seperti layaknya kedua sisi mata uang.. Begitu juga dengan cinta, airmata, dan senyuman datangnya sepaket! Ibarat bunga mawar nan cantik, harum, namun juga berduri.. Dia cantik, terlihat tegar, namun tak terpungkiri juga mudah gontai..

Sekali lagi ia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa cinta itu tidak selamanya berujung dengan saling memiliki, walau kini batin mereka, hati mereka saling memiki.. Sekali lagi ia menyakinkan dirinya sendiri bahwa menyayangi dia itu tidak nembutuhkan alasan.. "Kau boleh meminjam bahu ku ketika kau ingin menyandarkan diri.. Kau boleh meminjam genggaman ku jika kau gemetar menghadapi getirnya hidup.. Akulah pantai tempatmu berpijak ketika daratan sekelilingmu mulai terkikis dan tenggelam..", seperti inilah wanita itu ingin berucap kepada lelaki itu namun tiada berkesempatan..

"Sebelum kamu berlalu dan mungkin tak kembali, aku ingin kamu tau bahwa kamu pernah berlayar di imajiku walau hanya dengan perahu kertas.. Jika rasa itu sudah terkikis atau kamu tinggal mati, aku ingin kamu tau bahwa aku akan selalu ada di sini bersama bayangmu.. Kalau saja kamu terpuruk di depan sana kelak, ingat ada aku di sini yang tidak akan bersembunyi dan tidak akan lari.. Kamu boleh lupakan perasaanmu tapi jangan lupakan aku.. Kamu mungkin saja lupa, tapi aku tidak.. Kamu mungkin saja pergi, tapi aku tidak.. Karena aku akan menjadi sahabatmu.. Sahabat yang membuatmu mencintai dirimu sendiri ketika kamu lupa.. Sahabat yang akan menjadi sayapmu ketika kamu terhantam tanah.. Aku akan menjadi kakimu ketika kamu tertatih.. Maka usah kamu risau.. Kita akan baik-baik saja.. Seperti katamu waktu itu... Terimakasih, kamu telah menghadirkan cinta untuk ku meski kini cinta yang ku lepas itu mungkin saja tidak melepaskan aku.. Tapi aku tetap bahagia dengan itu.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar