Kamis, 13 November 2014

CERPEN; Ngilu

Bolehkah aku bercerita? Atau mungkin sekedar terkenang? Ada bahasa yang tersirat di udara malam ini.. Bahasa yang hanya dimengerti oleh kita dan mungkin juga mereka yang sedang merindu.. Dia adalah ngilu.. Ngilu yang hadir karena merindu.. Hatiku ngilu ketika aku mencoba untuk tidak mengingatmu, tetapi bahagia jika ku menyorakan namamu dalam hati.. Hatiku ngilu ketika aku mencoba mencungkil kamu keluar dari sana, tetapi tenang tak berdenyut ketika kamu ku biarkan di dalam sana.. Maka aku tak ingin memaksamu untuk keluar dari sana.. Kamu masih di dalam hatiku (entah sampai kapan)..

Bukan kegalauan yang ku rasa karena kegalauan hanya untuk mereka yang tidak mengerti apa yang dirasakannya. Sementara aku, aku tau persis perasaan apa ini.. Dia adalah rindu yang kemudian menjelma menjadi ngilu diantara bulir hujan malam ini.. Dia adalah angin yang kemudian menjadi penyebab dawaiku berdenting.. Dia adalah cinta yang letaknya sedekat denyut nadiku namun begitu rapuh ketika ku sentuh.. Seperti kabut.. Seperti embun.. Seperti awan.. Yang tampak nyata namun buyar ketika digapai..

Entah sejak kapan rasa cinta itu berubah menjadi racun yang perlahan membunuhku.. Dan entah sejak kapan pula aku rela membiarkan semua rasa itu bersemanyan dalam kenangan yang selalu ada di dalam sini..

Sahabatku menepuk punggung tanganku.. "Sudahlah.. Sudah terlalu lama kamu seperti itu.. Sudah terlalu lama kamu membiarkan dia merajai istana hatimu, sobat.." Aku tak mampu berkata-kata.. Yang dibilangnya memang ada benarnya.. Aku mungkin menangis untuk seseorang yang tidak menangisi ku.. Aku bertahan pada seseorang yang terus mengikisku secara perlahan.. Aku menyimpan rasa pada seseorang yang mungkin tidak pernah benar-benar menginginkan aku.. Hmmm.. Entahlah..

Apa kabarmu angin..? Aku merindukan ceritamu.. Candamu.. Nyanyianmu.. Suaramu.. Dan mungkin hadirmu yang membawa ketentraman.. Maka 'kan ku pejamkan mata ini dan menyematkan namamu diantara kedua bibirku yang ku katup. Membiarkan hujan bercerita tentang kita, dan angin membunyikan dawaiku.. Aku bersenandung bersama alam.. Atau mungkin alam selalu tau bagaimana cara mempersembahkan ceritaku padamu, jika kamu cermati..

Bersama hujan malam ini, dawaiku kembali berdenting karena angin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar