Senin, 08 Desember 2014

CERPEN; Tentang Sebuah Jawaban

Baik karena ada apa-apanya? Memberi lalu mengikatmu? Tidak. Ketulusan tidak setega itu, pujangga.. Kau perlu belajar pada dedaunan yang jatuh terenggut oleh angin agar kau tau bagaimana aku tulus menyanyangimu, angin...

Ya, aku memang menyanyagimu.. Bohong jika aku tak mengharapkan kamu untuk merasakan yang sama. Tapi bukan seperti itu yang ku maksud. Bukan karena aku memberimu lalu kamu harus membalasku.. Tidak.. Aku hanya inginkan kejujuran hatimu. 

Hati kecil tidak pernah bisa bohong, berikut dengan mata.. Berbeda dengan bibir. Kenapa tidak kamu pertanyakan kembali pada hati kecilmu dan kemudian menjawabku dalam dekapan? Membiarkan semuanya berjatuhan sendiri secara alami pada tempatnya masing-masing..? Bukankah sejauh ini kita ibarat cermin dan refleksinya? Yang meskipun pecah cermin terbelah, namun kamu tetap bisa melihat refleksimu di sana? Mengapa kau meragu? Aku tau kau hanya berusaha menyangkali semuanya..

Kita tak punya waktu lama untuk segala keraguanmu itu, Ksatria.. Pilihan kita cuma dua.. Membiarkan semuanya berlalu dengan hanya mengecapi getirnya saja lalu kembali menjadi biasa saja, atau mencoba mengambil kesempatan untuk kita menuliskan cerita indah kita sendiri sebelum kita saling melepaskan dan menjadi biasa saja.. Kamu terlalu takut untuk merasakan apa itu cinta.. Ya, kamu takut sakit tanpa kamu sadari kamu sedang menyakiti dirimu sendiri..

Aku, wanita yang kembali melangkah dalam gamang, menanti tuntunan yang tak kunjung datang darimu.. Jangan sampai aku terbiasa dilatih gamang kemudian kau datang menawarkan keperihan untuk aku (dan mungkin juga kamu).. Karena wanita tidak memulai.. Dan karena dalam beberapa hal, aku suka dikuasai olehmu.. Tapi bukan berarti aku senang kamu torehkan luka karena hal yang sama terus menerus.. Yang perlu kita lakukan hanya jatuh bersama untuk terbang bersama.. Tapi itupun susah ku lakukan..

Semoga angin, udara, rembulan, hujan, awan, mentari, semesta, atau apapunlah itu menyampaikan pesanku untukmu meski tanpa perahu.. Perasaan ini adalah perasaan yang tulus dan sejernih air mengalir.. Ia tidak akan memaksa jika kau tak merasakan yang sama.. Semoga masih ada waktu untuk sekedar bercengkrama membiarkan bunga-bunga bermekaran beriringan dengan detak jantungmu yang akan menjadi lullaby -ku..

Rabu, 03 Desember 2014

CERPEN; Kopi Hitam Untuk Peri Hujan

Hidup itu seperti selalu penuh kejutan jika kita berhenti mengharapkan sesuatu. Aku percaya sesuatu terjadi pasti karena ada alasan dibaliknya.. Meskipun yang tau itu hanya yang di atas..
"Hallo", aku diam terbata saat mendengar suara yang sudah lama tak ku dengar.. Aneh memang, aku tak tau kenapa tiba-tiba nomornya tertekan. Dari sekian banyak nomor yang ada di handphone ku KENAPA dia? Could you tell me why? Sekian detik, setelahnya mati dan sebuah pesan teks masuk.. Hmmm... Berawal dari telepon itu akhirnya sebuah perbincangan dimulai.. Aneh memang setelah sekian lama tidak bersua.. Setelah sekian lama tidak memperbincangkannya.. Setelah sekian lama ku endapkan dan terendap, kini malah dipertanyakan.. Rasa itu ada, hanya harapannya yang ku redupkan.. Buat apa berharap banyak jika kita masing-masing tau kalau itu berujung tak baik..?

Mungkin dia enggan utarakan rasa, sementara wanitanya juga mengharapkan prianya yang mengambil alih untuk mengutarakan.. Mereka terdampar ditengah-tengah realita saling terlalu tinggi untuk "jatuh" bersama.. Tidak seharusnya, tidak juga layak, tapi tidak bisa ku pungkiri.., begitu gurutu batin masing-masing..

Hujan mengguyur membuatnya semakin larut.. Bimbang tak tau harus bahagia atau malah bersedih..

3Des, wanita itu akan mencatatnya kembali dalam sejarah hidupnya.. Mereka kembali akrab dan memperbincangkan apa saja.. Dunia boleh berkata apa saja tapi di planet mereka, yang tau masing-masing pribadi adalah merek masing-masing..

Dalam hati berkata, untuk saat ini biarlah begini.. Tapi dalam batin juga terlintas rasa emosi karena endapan kopi itu harus terkacau lagi.. Gunung berapi seolah terbatuk..

Hidup ini misteri.. Mari biarkan ia menjadi kejutan di setiap esok hari.. Dan untuk dini hari ini, biarlah ku menikmati suguhan secangikr kopi hitam darimu ditengah dinginnya hujan.. Asapnya tidak terlalu menggepul tetapi cukup membuat jiwa terhenyak dengan aromanya.. Ada hangat diantara rintikan hujan.. Ada manis diantara pahitnya kopi..Ada kejernihan diantara hitamnya.. Ada yang bisa diseruput meski ampasnya kini sedang mengapung bertebaran diseluruh permukaan, tapi disanalah seninya.. Semoga kamu tertidur dengan aroma kopi yang sama seperti yang ku rasakan dini ini... Hangat diantara sejuk...


By : Peri Hujan