Selasa, 24 Maret 2015

Alexa dan Bintang (Hidup Itu Ajaib)

"Semakin gelap, semakin bersinar terang bintang itu..."
Lampu kamar sudah padam, tak ada suara apapun lagi selain bunyi suara keyboard laptopnya dan juga suara menderu dari benda petak berwarna putih yang kini ada di hadapanya.. Angin semilir masuk melalui jendela ruang kecil di rumah itu. Alexa duduk memeluk kedua tungkai kakinya.. Di sebelah laptopnya tampak secangkir teh yang asapnya masih mengepul..

Raut wajahnya tenang namun sepertinya menyembunyikan banyak hal. Ya, banyak hal yang tidak dimengertinya, banyak hal yang tidak ingin dipikirkannya malah lengket dan enggan meninggalkannya.. Kadang kala ada sesuatu hal yang semakin ingin kau menginginkannya untuk pergi, semakin kuat kau menolaknya pergi, semakin enggan ia meninggalkanmu... Jangan tanyakan kenapa bisa begitu, karena dia sendiripun tidak mengerti..

Tentang pertemuan yang tak pernah terduga dan tak pernah direncanakan.. Tentang dua orang yang bertemu kemudian terpisah dan akhirnya kembali diantar ketempat yang sama untuk dipertemukan kembali.. Hidup memang terlalu ajaib untuk kau terjemahkan, Alexa.., bisik batinnya..

Alexa meraih teh itu dan menyeruputnya.. Kafein teh memang tak sebanyak kopi, aroma dan rasanya juga tidak sepekat kopi.. Malam ini perempuan dalam balutan piamanya itu inginkan ketenangan dan kehangatan dari secangkir teh..

Bintang, dulu aku sering menulis kisah peri hujan denga rembulan.. Dan kisah itu ingin ku akhiri dengan kata melepaskan.. Tapi bintang, kenapa disaat aku bertekad ingin melepaskanmu dan mencari tempat baru memulai semuanya tanpa kenangan tentang kamu, kamu malah hadir.. Aku tak tau harus berkata apa.. Aku tak tau harus merasa apa.. Antara senang dan sedih, bahagia ingin memelukmu dengan derita karena menahan diri... Aku tidak suka itu.. Bantu aku untuk membencimu bintang... Setidaknya, berikan aku solusi untuk melupakanmu.., Alexa menghelakan nafas panjang.. Kedua telapak tangannya kini membungkuk mendekap dinding cangkir itu.. Hangattt..., senyumnya..

Ia tidak pernah tau bagaimana ia harus mengakhiri perasaan itu dan bagaimana ia harus melangkah maju sementara kakinya masih ada di masa lampau sebelah!

Kau tau, hal yang paling menyebalkan adalah hal dimana kau tidak mengerti dan tidak tau apakah kau harus memutuskan untuk melangkah (dare to move) atau kau akan bertahan untuk melanjutkannya...

Tau konsekuensinya seperti apa dan kau tak siap untuk dipermalukan oleh resiko exteren..  Itu sungguh luar biasa mematikan! Alexa menghempaskan tubuhnya keras ke atas kasurnya. Ia mengusap mukanya berulang kali seolah berharap kefatamorganaan yang ia alami segera enyah.. Ia lelah, ia ingin tidur, dan ia benar-benar ingin hilang ingatan, mengganti memori otaknya dengan memori baru seperti yang ia lakukan ketika memori gadgetnya penuh.. Andai saja itu bisa dilakukannya....