Minggu, 26 Oktober 2014

Menghitung (Maju) Hari Menuju Kedewasaan Usia, Aku Tak Ingin Dilupakan

Mematikan harapan itu mudah atau mungkin tidak bisa, yang bisa kita lakukan hanyalah mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan terburuknya. Mengimunisasi diri kita sendiri agar kekebalan kita meningkat. Jujur saja aku merindukan kejutan-kejutan kecil yang dulu selalu datang setiap tahunnya. Sudah seperti semacam kebiasaan bagi kami (dulu) jika ada yang ulang tahun maka kita semua wajib mencari kado atau bahkan hanya sekedar membelikan kue tart kecil sebagai syarat. Perlahan kebiasaan seperti itu tampaknya malah mendarah daging buat kita semua. Saat ulang tahun mendatang, tidak perduli seberapa keras aku mengingatkan diriku untuk tidak berharap tentang kejutan-kejutan kecil itu, untuk berhenti menantikan hadirnya kembali momen-momen itu namun tetap saja tidak bisa. Bahwa ada hal-hal di dunia ini yang terjadi tanpa bisa kamu kendalikan, harus ku akui itu. Tapi tetap yang namanya pengharapan selalu saja muncul dan tidak pernah kehilangan sinarnya. Disanalah aku menganggap kalau yang namanya "pengharapan" itu tidak bisa dibunuh dengan cara apapun. Dia bisa jadi kehilangan sinarnya, namun itu bukan berarti bisa kamu padamkan.

Mungkin itu salah satu hal yang diberikan Tuhan untuk kita agar kita bisa terus melanjutkan hidup, sebagaimanapun beratnya kehidupan itu sendiri. Pengharapanlah yang menjadi alasan kita untuk bisa melalui hari demi hari. Salah satu contohnya, ketika hari ini dilalui dengan tidak begitu baik, kita mungkin saja berharap untuk segera melaluinya dan mendapatkan hari lain yang lebih baik lagi. Nah, hal itulah yang ku maksud.

Setiap tahun, bulan yang paling ku nantikan adalah Oktober. Sulit dijelaskan kenapa tapi aku menebak mungkin karena aku menjadikan Oktober itu sebagai "titik bifurkasi", dimana aku akan berdiri di satu titik dan kemudian menatap kebelakang untuk sesaat dan kemudian kembali meloncat ke titik selanjutnya. Zona introfeksi diri dan mungkin juga sebagai zona dimana aku mencoba meneliti "path" kehidupanku sudah sejauh apa dan bersyukur. Dan setiap saat mendekati hari H-nya aku merasa gugup layaknya seorang penyair yang akan menuju panggung, ya seperti itulah kira-kira yang ku rasakan. Gugup, mungkin karena aku sadar aku masih belum memberikan yang terbaik untuk menjadi yang terbaik untuk "aku" pribadi. Kedati jarak antara cemas dan geram berbanding tipis, tapi aku beranikan diriku untuk berharap dengan segala kemungkinan ter-buruknya.

Aku masih belum tahu apa yang akan terjadi. Bagaimana jika tanggal dua puluh delapan itu menjadi hari yang biasa saja, tidak ada yang spesial, tidak ada kejadian apa-apa, atau mungkin yang terburuknya adalah dimana orang yang paling kamu harapkan untuk mengingat dan mengucapkan kata "Selamat" di hari ulang tahunmu itu malah melupakan hari spesialmu dan mereka melalui hari itu biasa saja? (OH GOD..! Jangan sampai deh tolong..) Aku tidak tahu apakah aku juga akan baik-baik saja jika hal terburuk itu terjadi. Tapi setidaknya aku berharap, aku akan baik-baik saja jika semua kemungkinan terburuk itu terjadi.

Salah atau kekanak-kanakankah jika semua itu membuat hari-hari menjelang hari H berasa seperti bermain dengan bom waktu? Mungkin saja bom itu meluluh-lantakan semuanya jika aku tidak siap dengan semua itu. Tapi bisa jadi juga, kemungkinan yang terjadi malah sebaliknya.. Tapi bagaimanapun juga, sepertinya aku lebih baik mempersiapkan diri untuk yang trburuknya karena dengan begitu, ketika yang terjadi adalah hal yang baik-baik saja, aku aman..

Hari ini aku belajar bahwa sebenarnya yang paling ditakuti manusia adalah hal yang tidak ketahuinya.. Dan hal yang paling menyedihkan adalah ketika harus menerima kenyataan kalau kita dilupakan oleh orang yang tidak pernah kita lupakan.. Semoga saja itu tidak terjadi..

Kadang, hal yang paling indah atau kado yang bisa buat kita riang sepanjang hari adalah bukan sesuatu yang mahal dan dikemas dalam kotak indah saja namun sebenarnya lebih ke maknanya, kita tahu bahwa orang itu tidak melupakan kita. Bahkan hanya dengan ucapan dan doa yang tulus saja itu sudah menjadi sesuatu. Dan yang paling penting ha itu membuat kita sadar kalau kita tidak sendirian. Karena rasa kesepian itu sebenarnya bukan datang dari karena kita sedang sendirian atau karena kita seorang diri, tapi rasa kesepian itu hadir karena kita merasa tidak ada yang perhatiin kita, tidak ada yang mengingat kita. Dan rasa kesepian seperti itu menyiksa..

Dear God, tolong jangan biarkan hal itu terjadi.. Amin! O:)
Aku tak ingin dilupakan karena aku tidak pernah melupakan. Tapi semua itu diluar kuasaku, aku tidak bisa mengontrolnya.. Semoga ketakutan itu hanya gigitan kuku belaka..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar